Skenario itu pasti sudah bukan sesuatu yang asing bagi mereka penggemar film-film fiksi ilmiah. Dalam kenyataannya, sampai sekarang belum ada mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa pengemudi dengan tingkat keamanan yang memadai. Teknologi yang sudah ada biasanya hanya mampu mengurangi risiko mobil menabrak, bukan ditabrak. Ide dari para ilmuwan di Carnegie Mellon University ini bisa jadi sebuah peningkatan drastis dari sisi keamanan. Artinya risiko menabrak dan ditabrak nyaris tak ada. Tapi tentu saja itu bukan berarti teknologi ini siap diaplikasikan pada industri otomotif dalam waktu dekat. Masih banyak kendala yang harus dihadapi.
Idenya memang sederhana tapi tepat pada sasaran. Kalau hanya satu mobil yang bereaksi maka risiko ditabrak masih tetap ada. Solusi yang paling tepat adalah dengan membuat semua kendaraan mampu melakukan reaksi yang sama. Artinya, kalau satu mobil mengurangi kecepatan, maka otomatis mobil lain yang ada di belakangnya akan bereaksi dan ikut mengurangi kecepatan. Begitu juga bila kondisi lain yang terjadi. Menurut para peneliti di sana, tingkat keamanan teknologi ini sangat tinggi meskipun sampai saat ini mereka baru mencobanya dengan dua buah mobil.
Meski menjanjikan namun bukan serta-merta teknologi ini akan diadopsi semua industri otomotif. Belum tentu semua pabrikan otomotif sepakat untuk menggunakan teknologi yang sama. Masalah lain adalah kultur pengguna kendaraan bermotor sendiri. Belum tentu semua orang tertarik dengan ide mobil yang bisa berjalan sendiri. Artinya, bisa jadi teknologi ini baru akan diterapkan secara massal bertahun-tahun dari sekarang. Mungkin pada saat tingkat kesibukan kita sudah sangat tinggi, teknologi ini akan sangat berguna. Anda tak perlu mengemudi atau membayar sopir, dan mobil sudah bisa melaju sendiri sementara anda mengerjakan tugas-tugas lain yang lebih penting.
0 komentar:
Posting Komentar
Budaya kan Untuk Beri Komntar..^_^